Jaga Lahan Gambut, Mari Wujudkan Bumi Berdaya Demi Anak Cucu Kita

Satu atau dua dekade lalu, saat terdengar kabar berita dari televisi bahwa Kalimantan mengalami kebakaran lahan gambut dan kabut asap, saya tidak terlalu berpikir dan tidak peduli.

Ya, saya tinggal di Semarang dari kecil hingga tahun 2014. Semarang, ibu kota provinsi Jawa Tengah yang berjarak hampir seribu kilometer dari Pulau Kalimantan. Jika terjadi kebakaran dan kabut asap di Kalimantan, toh saya sebagai orang Semarang tidak akan terdampak.

Itu pikir saya dulu. Egois banget…

Hingga, 9 tahun yang lalu, saya seolah mendapat karma akibat ketidakpedulian saya.

Kami sekeluarga (3 orang) pindah dari kota Semarang ke Kalimantan Tengah, tepatnya kota Palangkaraya. Kota yang luas tapi cenderung lengang. Udara yang masih lumayan bersih dibandingkan dengan kota Semarang. Hampir tidak ada kemacetan di ruas jalan utama di Palangkaraya hingga hari ini.

Saat pagi, sesekali turun kabut dingin yang membuat badan agak menggigil jika tidak memakai jaket. Meskipun siang hari cukup panas, cuaca di Palangkaraya 9 tahun yang lalu tidak se ekstrim tahun ini.

Hingga, di Oktober tahun 2015 terjadi kebakaran lahan gambut yang sangat parah dan menyebabkan kabut asap yang sangat pekat.

Tidak hanya sehari dua hari, kebakaran yang terjadi saat itu sulit di tanggulangi karena luasnya lahan yang terbakar dan gambut yang mengering. Kami (saya), penduduk Palangkaraya harus menghirup asap pekat selama berbulan-bulan. Barulah saat itu saya ikut merasakan penderitaan masyarakat di luar pulau Jawa khususnya di Kalimantan jika terjadi kebakaran hutan dan lahan gambut.

Rumah sakit penuh dengan lansia dan bayi serta anak-anak yang terserang penyakit paru dan saluran pernapasan karena terlalu lama menghirup asap yang beracun.

Berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), ada lima kandungan berbahaya dalam asap kebakaran hutan, yakni Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Ozon Permukaan (O3). Sumber.

Sekolah-sekolah meliburkan siswa. Kehidupan tenteram di Palangkaraya seakan hilang lenyap digantikan kabut asap yang jumawa merenggut kesehatan kami.

Udara bersih tergantikan oleh asap yang kekuningan, bahkan langit pun tidak terlihat biru lagi. Pertanda, asap yang dihasilkan oleh kebakaran lahan gambut ini sangat amat tebal hingga langit pun tidak terlihat.

Tabung oksigen menjadi barang langka karena selalu diburu dan habis terjual di semua tempat.

Transportasi umum pun membatasi jalur trayek karena asap tebal menyebabkan pengemudi sulit untuk melihat jalan didepan. Tak terkecuali transportasi udara.

Ini sekaligus menjawab pertanyaan teman-teman mengapa saya dan keluarga tidak mengungsi keluar dari Palangkaraya saat terjadi bencana kabut asap.

Ya, inginnya sih pulang ke Jawa. Tapi, sudah tidak ada lagi transportasi yang bisa berjalan secara normal hari-hari itu. Kami hanya mampu mengandalkan masker dan banyak berdiam diri di rumah.

Dibawah ini adalah akibat dari kabut asap dan kebakaran lahan yang terdokumentasikan menggunakan kamera HP di tahun 2015.

Kualitas udara yang buruk dan jarak pandang yang hanya beberapa meter membuat kota Palangkaraya lengang.

BENCANA NASIONAL

Kebakaran Hutan dan Gambut 2015 Palangkaraya

Dokumentasi pribadi tentang kabut asap dan kebakaran hutan di Palangkaraya tahun 2015.

Sumber: dokumentasi pribadi

Mengerikan sekali dampak kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di tahun 2015 lalu.

Sialnya, kabut asap parah di tahun 2015 lalu bukanlah yang terakhir. Di tahun 2019, kabut asap kembali melanda kami di Palangkaraya hingga kegiatan belajar mengajar pun dihentikan untuk sementara.

libur sekolah akibat kabut asap

Marah? Ya saya marah dengan orang-orang yang abai dan tidak mematuhi peraturan bagaimana cara membuka lahan yang benar.

Banyak korban jiwa, orang-orang tidak bisa bekerja dan belajar sebagaimana mestinya, yang akhirnya menganggu kehidupan sehari-hari di kota ini.

Bukan rahasia lagi jika membakar lahan adalah hal yang lebih praktis dan ekonomis jika ingin membuka lahan untuk menanam kelapa sawit.

Padahal, ada cara untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit tanpa membakar lahan alias zero burning.

Mengutip Dari Pertanian.Go.Id, Cara Sederhana Untuk Membuka Lahan Untuk Penanaman Kelapa Sawit Tanpa Membakar Lahan (Zero Burning)

Sebenarnya tidak sulit untuk membuka lahan, tapi memang butuh waktu yang sedikit lebih lama dan tenaga kerja yang lebih banyak tergantung luas lahan jika menggunakan metode zero burning.

Luas lahan sawit di Indonesia

Luas lahan perkebunan sawit Indonesia pada 2016 diperkirakan mencapai 11,67 Hektare (Ha). Jumlah ini terdiri dari perkebunan rakyat seluas 4,76 juta Ha, perkebunan swasta 6,15 juta Ha, dan perkebunan negara 756 ribu Ha, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. 

Perkebunan swasta adalah yang terbesar dibandingkan perkebunan rakyat dan perkebunan negara. Demi menekan cost (biaya) untuk membuka lahan, para pemilik usaha ini lebih memilih membakar lahan, terutama lahan gambut untuk kemudian ditanami kelapa sawit.

Meskipun sudah ada undang-undang yang mengatur tentang pembukaan lahan dan perkebunan seperti UU PPLH Nomor 32 Tahun 2009 dan UU Perkebunan Nomor 18 Tahun 2004, sayangnya pengawasan lahan dan hutan di area Palangkaraya masih kurang maksimal.

Hal inilah yang seringkali menjadikan pemerintah kecolongan saat terjadi pembakaran hutan dan lahan gambut untuk membuka lahan.

Tahukah kamu bahwa lahan gambut mampu menyerap dan menampung hingga 30% jumlah karbon dunia agar tidak terlepas ke atmosfer yang bisa berdampak terhadap perubahan iklim.

Mudahnya, lahan gambut menjadi pengikat CO2 yang sangat berbahaya bagi kesehatan kita, terutama menjadi salah satu faktor penentu untuk mencegah perubahan iklim.

Fenomena perubahan iklim

Perubahan curah hujan bisa menjadi bahaya terutama pemukiman warga yang berada di dekat tebing dan rawan longsor.

Selain itu, perubahan curah hujan dan suhu berpotensi menyebabkan kekeringan dan banjir.

Jika terjadi banjir atau kekeringan, maka pertanian dan keamanan pangan akan terganggu. Belum lagi berbagai macam penyakit dan kesehatan kita yang terdampak akibat perubahan iklim.

Mungkin tidak banyak orang menyadari dan bahkan tidak percaya bahwa bumi tempat tinggal kita semakin sekarat.

Padahal, kita bisa membaca perubahan apa saja yang terjadi dari perubahan cuaca dan bencana alam. Kita bisa #BersamaBergerakBerdaya untuk menjaga kelangsungan bumi tempat kita tinggal.

Lahan gambut dan perubahan iklim

Lahan gambut terbentuk dari sebagian bahan organik yang membusuk dan terakumulasi di tanah dingin yang selalu basah yang secara dramatis memperlambat dekomposisi.

Di Indonesia, lahan gambut mencakup luas 20,6 juta hektar atau sekitar 10,8% dari luas daratan. Sumber.

Lahan gambut berhubungan dengan iklim melalui penyerapan dan pelepasan gas rumah kaca. Lahan gambut juga berfungsi sebagai penyimban karbon yang alami.

Karbondioksida dalam jumlah besar, – yang merupakan penyumbang besar terhadap pemanasan global, – akan terlepas ke atmosfer ketika lahan gambut dialihfungsikan.

Alih fungsi bisa jadi dari lahan gambut diubah menjadi lahan pertanian atau lahan gambut diubah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Fungsi nature lahan gambut diubah secara paksa oleh manusia demi cuan.

Kegiatan manusia, seperti pembukaan hutan dan drainase untuk pertanian – khususnya untuk perkebunan kelapa sawit, telah menyebabkan kerusakan parah pada lahan gambut di Sumatra dan Kalimantan. Alih-alih menyimpan karbon, lahan gambut yang rusak tersebut justru menjadi sumber emisi gas rumah kaca dalam jumlah yang sangat besar.

Dibawah ini adalah penjelasan singkat dan sederhana tentang apa itu The Greenhouse Effect atau Efek Rumah Kaca. Sumber: Nasa Space Place

Fakta dan kondisi terkini tentang lingkungan di Indonesia

Sumber: Katadata

Penggundulan hutan, yang masih terjadi hingga hari ini menjadi penyumbang terbesar terjadinya perubahan iklim.

Perusahaan terutama industri, menjadi penyumbang perubahan iklim nomor dua. Belum lagi sampah plastik rumah tangga.

Jika ditelisik secara lebih jauh lagi, kamu dan saya juga mempunyai andil yang sangat besar dalam hal perubahan iklim.

Ekosistem Laut Rusak

Masih banyak nelayan yang menggunakan bahan peledak dan bahan kimia saat menjaring ikan. Bahan-bahan berbahaya yang digunakan bisa merusak terumbu karang dan merusak ekosistem laut.

Pemanasan Global

Tidak hanya terjadi di Indonesia, global warming atau pemanasan global juga terjadi di seluruh dunia.

Pencemaran Air Tanah

Masalah ini seringkali menyebabkan berbagai jenis biota air menjadi rusak, mengancam
kesehatan penduduk di sekitar sumber air, banjir, langkanya air bersih, dan masih banyak
lainnya.

Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah terjadi akibat pengambilan tambang yang berlebihan dan pembuangan sampah-sampah yang sulit diuraikan.

Polusi Udara

Semakin majunya peradaban, industri dan transportasi di satu negara pasti bertumbuh dan bertambah banyak. Kontradiktif, karena semakin majunya industri dan transportasi, semakin banyak pula polusi dan pencemaran udara yang terjadi.

Sungai tercemar

Selama 5 tahun belakangan, setidaknya 64 dari 470 daerah aliran sungai mengalami kondisi
yang kritis yang disebabkan oleh:

  • Limbah industri yang terkandung berbagai zmacam zat kimia di dalamnya
  • Limbah domestik, seperti limbah rumah tangga yang secara sengaja dibuang ke sungai
  • Limbah pertanian

Kerusakan hutan

Mulai dari penebangan liar, penggundulan hutan, hingga pembakaran hutan menjadi penyebab kerusakan hutan. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, akan menyebabkan berkurangnya kawasan hutan di Indonesia yang berakibat pada ketidakstabilan ekosistem.

Banjir

Banjir dikarenakan perkembangan wilayah Indonesia yang tidak memperhatikan struktur sistem pembuangan air dan tidak adanya penjagaan pada daerah aliran sungai.

Abrasi

Kegiatan seperti pengambilan pasir pantai, karang, serta perusakan hutan bakau menjadi penyebab abrasi yang akhirnya mengakibatkan kerusakan laut dan pantai.

Permasalahan sampah

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk, membuat tingkat konsumsi meningkat dan
akhirnya membuat jumlah sampah semakin banyak.

Kelangkaan Air Bersih

Di beberapa wilayah di Indonesia seperti Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara seringkali mengalami krisis kekurangan air bersih.

Berkurangnya Daerah Resapan Air

Faktor penyebab berkurangnya air tanah yang paling terlihat adalah berkurangnya lahan resapan, karena digunakan sebagai daerah permukiman. Pertumbuhan jumlah penduduk juga menjadi faktor berkurangnya air tanah. Sebab kebutuhan air masyarakat kian bertambah.

Bangunan Liar dan Kumuh

Banyaknya masyarakat serta daerah pemukiman yang sedikit alias tidak berbanding lurus membuat bangunan liar dan kumuh ini merajalela di setiap sudut kota. Bahkan seringkali di bawah jembatan pun digunakan untuk tempat tinggal.

Menurunnya Keanekaragaman Hayati

Dampak lanjutan dari kerusakan hutan menjadi penyebab menurunnya keaneka ragaman hayati yang ada di Indonesia. Tidak hanya itu saja, alat komunikasi zaman sekarang menjadi media informasi pengambilan flora dan fauna ilegal yang dijadikan sebagai barang jual beli membuat hewan dan tumbuhan Indonesia menjadi berkurang bahkan punah.

Sumber: https://dlhk.bantenprov.go.id/

Dampak emisi karbon pada perubahan iklim

Melansir dari Katadata, emisi gas rumah kaca di Indonesia, 94% nya di dominasi oleh karbondioksida atau CO2.

Penggundulan hutan dan alih fungsi lahan gambut menjadi lahan sawit memberikan dampak signifikan terhadap perubahan iklim.

Dampak emisi karbon pada perubahan iklim ada di infografis ini.

Langkah-Langkah yang dapat Kita lakukan untuk meminimalisir dampak Emisi Karbon

Menjaga kelestarian alam #UntukmuBumiku adalah upaya yang paling banyak dilakukan untuk menangani perubahan iklim.

Selain hal-hal di atas, kita juga bisa mempertimbangkan hal-hal di bawah ini.

Energi terbarukan

Cara mencegah perubahan iklim adalah mengurangi dan tidak lagi menggunakan energi dari bahan bakar fosil. Coba gunakan alternatif lain seperti energi matahari, angin, biomasa, dan panas bumi.

Efisiensi air dan energi

Memproduksi energi bersih sangat penting, tapi mengurangi konsumsi energi dan air dengan menggunakan perangkat yang lebih efisien (misalnya bohlam LED dan sistem shower inovatif) akan lebih murah dan sama pentingnya.

Transportasi berkelanjutan

Transportasi umum dan mobil listrik atau hidrogen dapat membantu mengurangi emisi CO2 dan melawan pemanasan global.

Infrastruktur berkelanjutan

Untuk mengurangi emisi CO2 dari bangunan – yang disebabkan oleh pemanas, penyejuk udara, penerangan – diperlukan pembangunan gedung baru yang rendah energi dan merenovasi kontstruksi yang ada.

Pengelolaan pertanian dan kehutanan yang berkelanjutan

Menggunakan sumber daya alam yang lebih baik, menghentikan penebangan hutan, serta menjadikan pertanian lebih hijau dan lebih efisien juga harus menjadi prioritas.

Konsumsi dan daur ulang yang bertanggung jawab

Kebiasaan konsumsi yang bertanggung jawab sangat penting, baik dalam hal makanan, kosmetik, pakaian. Duar ulang adalah mutlak dilakukan untuk menanggulangi limbah.

Upaya yang Bisa dilakukan untuk bergerak dan berdaya menjaga lingkungan hidup

Buat ibu rumah tangga seperti saya, hal-hal yang bisa dilakukan antara lain:

  • Tidak terlalu sering membeli baju dan kosmetik.
  • Menambah tanaman di luar dan dalam rumah agar oksigen lebih banyak.
  • Alih alih menggunakan penyejuk ruangan (AC) konstruksi rumah bisa dibuat dengan bukaan lebar supaya udara bisa berganti dan tidak panas.
  • Atap rumah dibuat transparan agar sinar matahari bisa masuk untuk mengurangi penggunaan lampu.
  • Memilih menggunakan transportasi umum.
  • Jika belanja ke pasar gunakan tas reusable yang bukan sekali pakai.
  • Menggunakan shower daripada bak mandi untuk menghemat air.
  • Memasak sendiri di rumah daripada beli makanan jadi.
  • Memilih electronic book (ebook) daripada buku cetak untuk menghemat penggunaan kertas.

Upaya mitigasi perubahan iklim di lahan gambut

Restorasi hidrologi

Membendung saluran di lahan gambut.

Rehabilitasi vegetasi

Menanam berbagai jenis vegetasi asli di lahan gambut yang rusak.

Penerapan best practice

Penerapan best practice yang rendah emisi di lahan gambut seperti kolam beje.

Sumber: https://www2.cifor.org/

Tindakan nyata yang dilakukan untuk mewujudkan bumi berdaya dan pulih lebih kuat

Mulai dari tindakan yang sederhana dan selalu memikirkan kepentingan orang lain dan bumi demi anak cucu dan generasi selanjutnya.

Jika menebang hutan bisa mengakibatkan banjir ya jangan menebang hutan sembarangan.

Jika membakar lahan terutama gambut bisa menyebabkan kebakaran dan asap, ya jangan membuka lahan dengan cara membakar.

Seperti orang yang sedang sakit dan butuh istirahat, demikian juga dengan bumi. Berikan ruang dan kesempatan kepada bumi untuk istirahat dan pulih dengan cara :

  • Sebisa mungkin mengurangi sampah plastik dan mulai melakukan daur ulang sampah.
  • Daripada menggunakan bahan kimia untuk pupuk, lebih baik menggunakan kompos.
  • Gunakan halaman rumah sebagai taman dan tanaman berbuah supaya lebih banyak oksigen.
  • Jangan membuang sampah sembarangan.

kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim

Jika saya mempunyai kesempatan untuk membuat kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim, ini yang akan saya terapkan.

  • Menolak pembukaan lahan baik untuk pertanian dan perkebunan yang berpeluang merusak ekosistem hayati.
  • Daripada membuka lahan kelapa sawit, lebih baik lahan gambut dimaksimalkan dengan cara memelihara ikan gabus. Sama-sama mendatangkan keuntungan. Bedanya, dengan memelihara ikan gabus, kelangsungan ekosistem lahan gambut tetap terjaga dan terpelihara.
  • Membuat tim independen khusus pengawasan lahan gambut dan hutan.
  • Restorasi dan konservasi lahan gambut dan hutan.
  • Memberi penyuluhan secara terus menerus kepada masyarakat tentang pentingnya gambut.
  • Mengapresiasi perorangan atau badan yang menjaga lahan gambut.
  • Memasukkan kurikulum bagaimana cara menjaga ekosistem serta flora dan fauna.
  • Memberikan beasiswa khusus tentang konservasi dan lingkungan hidup.
  • Membuat satgas pemadam kebakaran lebih banyak.
  • Membuat target jumlah tanaman yang harus ditanam setiap tahun.

 Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!

Gambar, foto dan infografis:

Katadata

Pexel

Pixabay

Canva

Dokumentasi pribadi